Oleh : Aris*
Timbul sebuah
pertanyaan, Siapa kita? pertanyaan yang harus ditanyakan didalam diri ini,
berangkat dari keinginan untuk mencari jati diri, manusia adalah karakter yang dipilih
oleh Allah SWT menjadi aktor pemain untuk mengatur alam bumi ini (khalifah). Menurut Abi Muhammad Quraish Shihab didalam
buku yang berjudul Islam yang Saya Anut (2018 : 54) sebagaimana beliau
kutip pendapatnya Alexis Carrel bahwa manusia adalah makhluk Allah yang unik.
Pendapat ini bisa dibenarkan sebagaimana realita yang terjadi disekitar kita.
Memang manusia merupakan salah satu bagian makhluk yang sangat unik dan
bermacam-macam karakter, tidak heran ketika Allah menjelaskan unsur manusia
didalam Alquran (40:12) bahwa manusia diciptakan dari unsur sari pati tanah.
Esensi manusia dilihat
dari bagaimana ia menjadi makhluk yang mulia dihadapan Allah dan bermanfaat
dengan sesama manusia, dengan posisi sentral sebagai Agent of Lord ia
bertugas untuk mengemban amanah kekhalifahan dimuka bumi (2:30) manusia bisa
berafiliasi dengan ketaqwaan yang tinggi melebihi taqwa para malaikat,
atau ia akan menjadi hina lebih hina dari pada makhluk Allah yang bernama
Iblis, ini tergantung dari upaya manusia itu sendiri untuk mencari jati
dirinya, karena sesungguhnya hakikat manusia telah diberi indra pengamatan
sejak lahirnya bahwa pengakuan Allah SWT adalah tuhan semesta alam.
Diawal tahun 2022 ini,
semua orang menginginkan sebuah perubahan, bukan perubahan yang merugikan mereka,
seperti insiden pandemi yang hampir sudah tiga tahun melanda kita, tetapi
perubahan yang lebih baik lagi untuk kita dan untuk semua orang yang kita cintai.
Memang benar, pandemi mengajarkan kita arti hidup sementara, bahwa semua kekuatan
hanya milik Allah SWT, tetapi kekuatan untuk bertahan (ikhtiar) harus
tetap menjadi usaha manusia itu sendiri, karena sesungguhnya apapun yang
diberikan Allah SWT merupakan taqdir yang terbaik.
Refleksi tahun 2021 telah
kita lalui, dengan berbagai macam rencana telah tersusun dan telah terlewati,
berhasil atau gagal merupakan sesuatu hal yang biasa dialami oleh kita, dengan
dilalui berbagai usaha, rasapun bercampur aduk, gelisah, gundah, sedih,
gembira, senang, galau, tenang, kesepian, keramaian, semua itu telah hadir
dihati kita, dan mungkin telah bersahabat dengan kita.
Awal tahun 2022 harus
ada perubahan signifikan didalam diri, agar semua kebutuhan bisa terkordinir
dengan baik, dan terlebih lagi dengan pribadi Hanifiyyah. Hanifiyyah
berarti kecondongan pada sesuatu. Kecondongan untuk terus memperbaiki amal
ibadah, kecondongan untuk terus meningkat keistiqomahan dalam mengaji, ini
disebut hanafiyyah. Timbulnya sifat tersebut dimulai dengan rancangan-rancangan
awal bagi seseorang untuk terus mengevaluasi sesuatu amal yang dilakukan,
adanya terus memperbaiki dan menambahkan daya connecting untuk terus
berkembang dan percaya diri.
Sebab oleh karena itulah, kepribadian muslim yang hanifiyyah telah tergambarkan oleh sesosok Nabi Ibrahim as, yang dimana Nabi Ibrahim mendapatkan predikat hanifiyyah oleh Allah SWT (03:67). Ini peformalitas dan amunisi yang harus dimanfaatkan oleh kita semua, agar dari kita bisa menjadikan tahun 2022 ini sebagai langkah awal untuk meraih perubahan dan hasil yang terbaik untuk kita rasakan bersama-sama kelak.
2 komentar